Saturday, March 7, 2015

Polisi Pengayom Masyarakat, Tak Perlu Takut.

Sumber Gambar
Pagi itu di hari Sabtu ayah berkeliling Kota Serang bersama Fayda mengendarai Yamaha Mio J andalan keluarga, yang sudah menemani kami selama 2 tahun lebih menembus debu, asap kendaraan, terik matahari dan guyuran air hujan. Hmmmh "Yamaha Memang Selalu di Depan ( pesan sponsor hehehe *ngarep ). Destinasi jalan-jalan pagi kali ini mengunjungi beberapa sekolah, termasuk sekolah adek dan kakak, pasar ikan hias, pasar batu akik yang sedang merajalela di negeri ini, stasiun kereta api dan tak lupa mampir untuk membeli jajanan dan mainan. Selebihnya berkeliling sesuai perintah tuan puteri Fayda nan cantik :). Memang udara di Kota Serang pagi itu begitu kondusif untuk jalan berkeliling, terasa sejuk dan mataharipun  begitu lembut memancarkan cahayanya,
seolah menyapa : "selamat pagi ayah dan adek...selamat jalan-jalan". Hanya beberapa titik di jalan raya saja yang kadang sangat mengganggu, karena banyak kubangan air sisa guyuran hujan tadi pagi. Kubangan-kubangan air ini terbentuk karena jalan-jalan tersebut berlubang, entah sudah berapa lama belum diperbaiki. Kadang bertanya dalam benak, apa yang menyebabkan penundaan perbaikan jalan-jalan berlubang ini ? tak ada anggarankah? atau mungkin menunggu sampai kerusakan jalan semakin parah. Ah sudahlah, untuk kali ini kita lupakan sejenak urusan infrastruktur jalan yang rusak, ayah kembali ingin cerita perjalanan dan kejadian pagi ini bersama Fayda membelah Kota Serang yang tercinta. 

Tidak terasa sudah hampir 2 jam kami berkeliling Kota Serang, terakhir tujuan kami tempat sarapan bubur ayam dan kupat sayur. "Sebelum pulang, temenin ayah sarapan dulu ya dekat kantor Polres Serang?" ajak ayah pada Fayda. Fayda mengangguk setuju. Beberapa meter sebelum melewati kantor Polres Serang, terlihat segerombolan kendaraan yang berhenti mendadak, ayah langsung menyadari apa yang sedang terjadi disana, pasti ini ada razia kendaraan motor, seluruh kendaraan motor yang lewat digelandang masuk ke dalam kantor untuk diperiksa kelengkapan suratnya. Pagi ini ayah sama sekali tidak membawa surat-surat, baik STNK ataupun SIM C. Fayda memang sudah dua kali mengalami situasi ini bersama ayah, dan saat itu kebetulan ayah membawa lengkap surat-surat kendaraan. "Ayah, STNK nya dibawa nggak?" kerap Fayda bertanya setiap akan melewati kantor Polres Serang. Walau Ayah tidak membawa lengkap surat-surat kendaraan, tapi tidak merasa takut dan was-was, karena itu ayah tetap memacu kendaraan dan memutuskan untuk masuk ke dalam kantor Polres Serang. Dalam situasi itu ayah berencana akan langsung melapor pada petugas, dan meminta ijin untuk mengambil surat-surat kendaraan terlebih dahulu yang tertinggal, karena kebetulan kantor Polres Serang tidak jauh dari rumah. "walau jelas-jelas ayah melanggar aturan, semoga diijinkan" batin ayah.

Berbeda dengan perasaan ayah saat itu, beberapa pengendara lain banyak yang merasa takut dan was-was menghadapi situasi ini. Ada sebagian yang berhenti terlebih dahulu dan menunggu dari jauh, bahkan ada pula yang melakukan tindakan berbahaya memutar balik melawan arus, maksudnya untuk menghindari razia tersebut. Untuk tindakan ini beberapa polisi tidak tinggal diam, dan berusaha memberi peringatan serius. Kalau saja saat itu pengendara yang ketakutan berusaha kabur, mungkin kejadian selanjutnya akan seperti Tom & Jerry kejar-kejaran :) atau seperti serial kartun animasi Sopo Jarwo yang mengejar Adit dan teman-temannya. Karena mungkin ayah kurang waspada saat itu menghadapi keadaan, sampai tidak menyadari di depan beberapa kendaraan motor mengerem mendadak, mungkin karena kaget dan ketakutan melihat razia tersebut. Tak bisa terhnidar lagi , tabrakan beruntun terjadi, walaupun ringan. Ayah berhasil menghindar tidak menabrak kendaraan di depan, namun kendaraan di belakang ayah telat mengindar dan menhantam kaki ayah yang berusaha menahan keseimbangan motor,dan menjaga Fayda agar tidak terjatuh. Tidak terlalu parah, namun cukup membuat kaki ngilu dan pedih. "Ayah kakinya berdarah" teriak Fayda. Ayah liat ada beberapa luka di bagian betis, tulang kering dan bagian punggung telapak kaki. "Aduuuh kaki ayah sakit banget dek, adek nggak papa kan"? tanya ayah was-was. Fayda menggeleng, sambil memandangi ayah terlihat paras cantiknya diselimuti kesedihan melihat ayahnya meringis kesakitan. Anak pinter dan solehah, Aamiin.

Sambil menahan sakit pada kaki, ayah mencoba perlahan memacu motor memasuki kantor Polres Serang, yang sudah dipadati para pegendara motor dengan bermacam-macam raut wajah yang tak menentu. Terlihat ada yang tenang-tenang saja, ada yang keliatan sedih dan was-was, ada yang mondar mandir telepon, dan juga terlihat wajah-wajah memelas sambil bernegosiasi pada petugas. Bukan negosiasi damai langsung tancap gas, namun sepertinya mencoba menerangkan kenapa surat-surat kendaraannya tidak dibawa. Dan itulah rencana yang ayah akan lakukan, saat nanti akan diperiksa petugas. Sudah tak kuat lagi menahan sakit, ayah mencoba merapat dulu ke tempat tunggu orang tua di sekolah yang kebetulan berada di samping kantor Polres Serang. Bermaksud untuk istirahat sejenak,dan sekaligus menenangkan Fayda yang sedikit mulai tak nyaman. Terlihat memang jumlah petugas tidak sebanyak jumlah pengendara motor yang digelandang masuk, jadi kendaraan ayah sempat luput dari pemeriksaan untuk sementara.

"Kenapa kakinya pak"? tanya seorang ibu muda. Ayah menerangkan kejadian dengan singkat dan padat, dan juga sekalian memberi tau akan meninggalkan motor di sana, untuk pulang terlebih dahulu mengambil surat-surat kendaraan yang tertinggal di rumah. Mungkin iba melihat kondisi ayah dan raut cantik Fayda yang terlihat tidak nyaman, ibu muda itu mengajak ayah megikutinya. "Lewat jalan belakang aja pak, langsung bawa aja motornya". Tanpa pikir panjang ayah mengikuti ibu muda tersebut, menelusuri jalan keluar yang tidak banyak orang tahu, karena memang berliku dan tersembunyi. Dan saat itu, memang hanya kami berdua saja yang melalui jalan itu. Sebetulnya ada perasaan bersalah karena harus menghindar dari pemeriksaan petugas, bukan lantaran takut, namun karena kondisi kaki ayah yang makin ngilu dan pedih serta kondisi psikologis Fayda yang mulai tak menentu, pada akhirnya ayah mengikuti ajakan ibu muda tersebut untuk "kabur" dari pemeriksaan petugas. Terkesan dramatis memang, tapi itulah kenyataannya yang terjadi. "Ibu itu baik ya ayah ?", kata Fayda. "Iya, nanti Fayda juga harus baik sama semua orang, harus selalu membantu orang lain yang kesulitan", jawab ayah sambil menyisipkan pesan moral. Fayda terdiam dan terlihat wajah cantiknya mulai berseri.
Thanks ya ibu cantik, semoga kita bisa ketemu lagi kelak dan ayah bisa membalas kebaikan ibu :)

Di perjalanan pulang ayah sempat berpikir, kenapa beberapa pengendara merasa ketakutan menghadapi razia kendaraan bermotor. Hanya ada beberapa alasan kenapa mereka merasa takut.
1. Salah satu atau kedua surat-surat kendaraan habis masa berlakunya,dan belum sempat diperpanjang.
2. Tidak membawa salah satu atau kedua surat-surat tersebut.
3. Kendaraan tidak mempunyai STNK karena hilang dan belum sempat diurus.
4. Kendaraan tanpa surat-surat pendukung, alias motor bodong.

Untuk beberapa alasan tersebut di atas, tentu pelanggaran yang paling serius adalah nomor 4, karena ini bisa diduga sebagai motor hasil curian, dan akan lebih rumit nanti mengurus dan menjelaskannya pada petugas. Jadi untuk kasus ini tentu pengendara layak dan wajib takut menghadapi petugas, tidak seperti pelanggaran nomor 1 sd 3, bisa dihadapi dan diselesaikan dengan tenang sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku.

Berikut adalah Tarif Resmi Pembuatan SIM, STNK dan Pelat Nomor. (diambil dari Sumber )
Tarif ini berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia

I PENERBITAN SIM
A. Penerbitan SIM A
1. Baru Per Penerbitan Rp 120.000
2. Perpanjangan Per Penerbitan Rp 80.000

B. Penerbitan SIM B
1. Baru Per Penerbitan Rp 120.000
2. Perpanjangan Per Penerbitan Rp 80.000

C. Penerbitan SIM B II
1. Baru Per Penerbitan Rp 120.000
2. Perpanjangan Per Penerbitan Rp 80.000

D. Penerbitan SIM C
1. Baru Per Penerbitan Rp 100.000
2. Perpanjangan Per Penerbitan Rp 75.000

E. Penerbitan SIM D (khusus penyandang cacat)
1. Baru Per Penerbitan Rp 50.000
2. Perpanjangan Per Penerbitan Rp 30.000

F. Pembuatan SIM Internasional
1. Baru Per Penerbitan Rp 250.000
2. Perpanjangan Per Penerbitan Rp 225.000

II. Pelayanan ujian keterampilan mengemudi melalui simulator
Per Ujian Rp 50.000

II. Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)
A. Kendaraan bermotor roda 2, roda 3, atau angkutan umum Per Penerbitan Rp 50.000
B. Kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Per Penerbitan Rp 75.000
C. Pengesahan Surat Tana Nomor Kendaraan (STNK) per pengesahan/Tahun Rp 0

IV.Penerbitan Surat Tanda Coba Kendaraan (STCK)
Per penerbitan/kendaraan Rp 25.000

V. Penerbitan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB)
A. Kendaraan bermotor roda 2 atau roda 3 per Pasang Rp 30.000
B. Kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Per Pasang Rp 50.000

VI. Penerbitan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB)
A. Kendaraan bermotor roda 2 atau roda 3
1. Baru Per Penerbitan Rp 80.000
2. Ganti Kepemilikan Per Penerbitan Rp 80.000

B. Kendaraan Bermotor roda 4 atau lebih
1. Baru Per Penerbitan Rp 100.000
2. Ganti Kepemilikan Per Penerbitan Rp 100.000

VII Penerbitan Surat Mutasi Kendaraan ke luar daerah
Per Penerbitan Rp 75.000



Sumber Gambar
Jadilah pengendara yang tertib di jalan raya, patuhi rambu-rambu lalu lintas dan selalu membawa surat-surat lengkap yang masih berlaku. Polisi adalah pengayom masyarakat, tak perlu ditakuti. Jika melakukan kesalahan atau pelanggaran,akuilah dan jalani sangsi sesuai dengan undang-undang lalu lintas yang berlaku. "Jadilah Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas".

Mohon maaf pak polisi, untuk kesalahan ayah hari ini, ampuuuun tidak akan diulang lagi :). Tak terasa ayah berceloteh panjang x lebar = luas, waktu bergulir sudah menunjukan pukul 12.30. Farras sudah keluar sekolah sejak jam 11.15 . Tergopoh-gopoh sambil tertatih menahan sakit di bagian kaki, ayah langsung meluncur ke sekolah yang tak begitu jauh dari rumah. Sekolah sudah sepi, hanya ada segelintir siswa yang belum dijemput, terlihat farras dan 1 orang temen sekelasnya sedang asik menyantap ketoprak.
"Sorry Farras, ayah telat jemput, kaki ayah sakit", Farras lalu mengangguk, sambil melanjutkan makanan yang tinggal beberapa suapan lagi.

Patuhi Rambu-Rambu Lalu Lintas




No comments:

Post a Comment

terimakasih sudah meninggalkan komentar, kritik dan saran :)